Ia menghapuskan air mata yang bercucuran dengan tangannya, kemudian menghadap ke arah para hadirin yang berdesak - desakan. Pada saat itu ia telah di bebani dengan tanggung jawab sebagai Khalifah.
Lalu Abu Bakar berkata : " Wahai Saudara - Saudara, aku telah di beri tanggung jawab untuk memimpin kalian dan aku bukanlah orang yang terbaik dari kalian. Jika aku berlaku benar maka bantulah aku. Dan jika aku berlaku salah, maka tolong luruskan aku. Sesungguhnya orang yang lemah menjadi kuat di hadapanku sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Dan orang yang kuat menjadi lemah di hadapanku sampai aku ambil hak orang lain darinya. Taatilah perintahku yang tidak menyalahi perintah ALLAH dan RASUL Nya. Dan Jika aku berbuat maksiat, maka jangan sampai kalian mentaatiku. "
Seorang Abu Bakar yang pada saat pelantikannya justru mengucapkan Innalillahi wa inaillahi rojiun, mengganggap bahwa jabatan yang di embankan di pundaknya adalah sebuah amanah berat. Beliau demikian takut tak mampu mempertanggung jawabkan amanah tersebut kepada sang PEMILIK.
Berbeda dengan kondisi saat ini, dimana setiap orang berlomba - lomba mencalonkan dirinya menjadi pemimpin. Tidak hanya laki - laki bahkan seorang perempuan pun mendambakan posisi sebagai pemimpin. Bahkan sekarang artispun berlomba - lomba mencalonkan diri dan merasa pantas serta memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. Menjadi bupati, walikota sampai presiden. Bahkan lingkup kecil di perusahaan orang berlomba - lomba mendapatkan jabatan strategis. Tanpa memperhatikan beban yang harus di pikul, sepertinya hanya melihat fasilitas yang di janjikan, nama besar, di hormati dan masuk kedalam kalangan high class.
Apalagi bila sang calon pemimpin adalah orang yang punya nama dan sudah menjadi publik figur. Tinggal menggalang masa untuk mendapat dukungan. Duuuuh ... bukankah tanggung jawab menjadi seorang pemimpin sangatlah berat ? Bahkan orang sekaliber Abu Bakar yang langsung berada di bawah bimbingan Rasulullahpun gentar ketika di daulat menjadi Khalifah ! Rasulullah saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, " Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika di beri karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika di tugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan di tolong mengatasinya. " (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi nggak salah kalau sekarang banyak pemimpin yang mengalami banyak kesulitan dalam mengelola kepemimpinannya, bagaimana Allah mau menolongnya kalau mendapatkan nya saja dengan cara yang tidak disukai Allah.
Kalau membaca riwayat kepemimpinan para sahabat, duuuuuh.... rasanya rindu punya pemimpin seperti Abu Bakar, Umar bin Khathab atau Umar bin Abdul Aziz. Pemimpin yang amanah, sayang pada rakyatnya dan sangat dekat dengan ALLAH.
Ingatkah bagaimana seorang Khalifah bernama Umar Ibn Khathab tidak tidur di malam hari hanya untuk memastikan rakyatnya tidak ada yang kelaparan dan kedinginan? Beliau rela berkeliling untuk memastikan semua rakyatnya baik - baik saja. Tidak canggung sedikitpun memanggul gandum untuk keluarga miskin yang kelaparan, bahkan memasakan gandumnya untuk anak - anak yang lapar. Bersedia membantu seorang nenek memerah susu kambingnya. Dan tidak juga merasa rendah ketika beliau beristirahat di bawah sebuah pohon kurma.
Sungguh kerinduan yang tiada tara ketika mengingat itu semua. Adakah pemimpin zuhud seperti beliau ? Tanpa baju kebesaran, tanpa singgasana, tanpa kemewahan apapun, namun sungguh semua ketiadaan itu tak mengurangi kemuliaan di mata rakyatnya terutama di mata ALLAH. Lihat para pemimpin sekarang ! Dengan fasilitas yang serba mewah, berdalih memikirkan nasib rakyatnya. Bagaimana mungkin memikirkan rakyat di hotel mewah, makan makanan mahal, dengan fasilitas yang serba mahal pula. Ironis !
Seorang Ahmadinejad, pemimpin negara Iran. Tampil layaknya Umar di zaman ini. Berani, zuhud, wara' dan saleh. Berkantor di apartemen sederhana, mengendarai mobil pribadi yang sudah tua, dan tak pernah lupa membawa bekal makan siang yang di buat oleh sang istri. Namun komitmennya terhadap negara dan rakyatnya demikian kuat. Tak gentar di ancam oleh siapapun, karena Ia yakin ALLAH akan menolongnya. Subhanallah...
Umar bin Abdul Aziz, mematikan lentera yang menyala di kantornya ketika di datangi oleh sang anak, hanya karena sang anak tidak mendatanginya sehubungan dengan urusan dinas. Minyak yang di pakai untuk menyalakan api lentera itu di biayai oleh negara. Adakah pemimpin sekarang yang melakukan hal seperti ini ?
Siapapun yang menjadi pemimpin, ingatlah bahwa ketika mereka di sumpah sesungguhnya mereka tidak hanya sekedar bersumpah di hadapan manusia, namun juga di hadapan ALLAH sang pemilik Kekuasaan. ALLAH yang akan menagih janji mereka bila tidak di penuhi. Sayangnya banyak dari para calon pemimpin itu yang mungkin tidak mengingat hal tersebut. Mengumbar janji pada saat kampanye hanya sekedar menggalang dukungan, namun lalai ketika melaksanakannya. Padahal tidak satupun kepemimpinan yang tidak dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat.
Bangga bila berhasil di pilih menjadi pemimpin, namun sebenarnya ia lupa bahwa pada saat itu pula seonggok beban yang amat berat sedang di bebankan di pundaknya. Bila ia mampu mengembannya dengan baik amanah itu, surga lah tempat ia kembali, namun bila tak mampu mengembannya dan membuat rakyatnya semakin sengsara, ALLAH akan membalas semua itu dengan pantas. Mulailah berpikir jauh kedepan sebelum mengajukan diri menjadi pemimpin. Siapkah kita mendapat azab ALLAH bila tak mampu mengemban amanah berat itu ? Allahu'alam bi shawab ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar