Selasa, 29 April 2008

Budaya Latah ... Uuuuh enggak banget !!


Latah nggak jadi monopoli nenek - nenek. Di dunia ini
semua bisa latah. Liat deh para artis yang sekarang lagi latah, rame - rame pada mencalonkan diri jadi pemimpin. Sebelumnya rame - rame mencalonkan diri menjadi anggota dewan. Nggak cuma laki - laki, yang perempuan pun ikut meramaikan bursa pemilihan calon anggota dewan. Bahkan para dai pun ikut meramaikan bursa tersebut. Padahal sih kinerjanya bisa di bilang nggak ketauan hasilnya. Mewakili rakyat juga enggak, ada juga mewakili rakyat terkecil kali ya ... Keluarganya ! Ah....

Ada lagi yang latah di bidang yang lain. Goyang dangdut. Awalnya Inul memperkenalkan lekuk tubuhnya dengan gaya ngebornya. Ga jelas apa maksudnya, lalu mewabahlah goyang - goyang yang lain. Goyang gergajinya Dewi Persik, goyang patah - patahnya Anisa Bahar dan yang lain. Semuanya mengumbar aurat dan goyang syahwat. Muncul goyangan lainnya yang nggak kalah heboh. Mengekor kesuksesan Inul. Sayangnya hal itu sangat disukai...

Kayanya budaya latah memang gampang mewabah di Indonesia. Kalau yang satu sukses yang lain lalu berbondong - bondong melakukan hal yang sama. Kaya nggak punya pendirian aja dan bisa di bilang nggak kreatif.

Sekarang latah untuk menduduki jabatan pimpinan daerah. Ketika seorang artis berhasil mendapat dukungan terbanyak dalam pemilihan kepala daerah dan menang, para artis yang lain mengekor kesuksesan tersebut. Berbekal popularitas, bergabung dengan partai besar dan kemudian coba menggalang dukungan ! Saya tidak bisa memahami pola pikir yang demikian. Tanpa mempertimbangkan beban yang harus disandang dan tanggung jawab berat yang harus di pertanggung jawabkan kelak.
Latah yang ini kayanya agak parah bila tidak di pertimbangkan dengan matang, karena menyangkut hidup orang banyak. Menjadi pemimpin bukannya mudah, bukan hanya sekedar bisa atau mampu, tapi harus punya misi dan visi yang jelas, kemampuan managerial yang menunjang, HATI NURANI dan KEBERANIAN melakukan perubahan. Kalau tidak jelas, akan sama saja hasilnya. Akhirnya rakyat kecil lagi yang menjadi korban.

Mengikuti jejak sukses saudara kita tidak dilarang, asal benar, jelas tujuannya dan bermanfaat. Kalau sekedar ikut - ikutan dan pengen cepet ngetop atau sekedar cari popularitas, duh mendingan nggak usah deh. Hasilnya nanti kaya Inul, Dewi Persik yang terus di cekal dimana - mana. Atau para anggota dewan yang terhormat, berakhir di penjara KPK. Nggak enak kan ? Moga - moga aja para kepala daerah pilihan kita yang berasal dari kalangan artis mampu membuktikan kemampuannya mengemban amanah. Moga - moga mereka nggak lupa bahwa tempat mereka sekarang bukan panggung sandiwara tempat mereka berlakon. Berlagak berpihak pada rakyat tapi kenyataannya justru merugikan rakyat.

Udahlah .... daripada latah, mendingan mikirin berbuat sesuatu yang bermanfaat buat orang banyak. Tanpa tujuan mencari sensasi, popularitas, dan kekayaan yang nggak berkah.




Tidak ada komentar: