Minggu, 01 Juni 2008

... Kita Bilang Mereka "Cacat" ...



SEPOTONG KAKI, SEJUTA HARAPAN Itu adalah topik dari salah satu episode Kick Andy yang ditayangkan di Metrotv. Aku suka banget acara ini. Banyak hikmah dibalik cerita - cerita yang di tayangkan. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari apa yang mereka alami. Termasuk topik diatas ini. Kita sering memberi label "cacat" bagi saudara kita yang kebetulan di beri keterbatasan dalam bentuk tubuh atau psikis. Kita bilang mereka "cacat". Padahal menurutku nggak ada satupun ciptaanNya yang cacat. Itu hanya ungkapan manusia yang merasa dirinya lebih sempurna. Padahal bisa jadi mereka yang kita sebut cacat justru lebih sempurna dari kita yang merasa sempurna. Contohnya apa yang dialami oleh Bpk. Sugeng Siswoyudhono, seorang bapak yang kehilangan kakinya karena kecelakaan. Bukannya menangisi nasib dan terpuruk dalam keputus asaan, beliau justru terinspirasi untuk membuat kaki palsu, agar bisa membantu saudara - saudaranya yang senasib. Semangatnya yang luar biasa dalam menghadapi hidup menjadi inspirasi positif bagi banyak orang yang nasibnya serupa. Kisah Sugeng di Kick Andy telah menularkan banyak semangat bagi pemirsanya. Subhanallah... Allah mengganti sebuah musibah dengan seribu hikmah dan nikmat. Tidak hanya bagi pak Sugeng namun juga bagi banyak orang yang kebetulan mengalami hal serupa. "Dengan kaki palsu sedikitnya ada tiga kebangkitan yang akan terjadi pada penyandang cacat kaki, yakni kebangkitan fisik, kebangkitan ekonomi, dan kebangkitan jiwa yang mandiri. " begitu komentar yang disampaikan oleh menristek Kusmayanto Kadiman yang sengaja di undang dalam acara tersebut.


Seringkali kita memandang sebelah mata pada mereka yang kita bilang "cacat" dengan pandangan cemooh dan meremehkan. Kita pikir, kita mampu berbuat lebih banyak dari mereka karena kesempurnaan (yang kita pikir) kita miliki. Padahal bisa jadi mereka memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan kita yang merasa sempurna ini. Contoh diatas salah satunya. Ludwig Von Beethoven, yang menjadi tuli disaat usianya yang ke 30, sempat merasa terpukul dengan keadaannya. Namun kekurangannya tak mampu membuatnya terpuruk dan berhenti menulis komposisi lagu yang sangat indah. Sampai akhir hayatnya dia tetap produktif. Itu adalah contoh kecil dari orang - orang yang mendapat label " cacat " dari kita yang merasa sempurna.

Mereka yang "cacat" tidak pernah minta di lahirkan dalam kondisi demikian. Keadaan tersebut sebenarnya menjadi sebuah pelajaran berharga yang ingin Allah sampaikan pada kita. Mampukah si "cacat" tetap bersyukur dengan keadaan yang dimilikinya ? dan bagi kita yang dilahirkan dengan normal mestinya bisa lebih bersyukur lagi di lahirkan dengan keadaan yang jauh lebih baik. Rasa syukur itu bisa kita wujudkan dengan memaksimalkan potensi diri untuk berbuat baik kepada sesama, dan membantu mereka yang memiliki keterbatasan itu. Bukan justru mengolok - olok dan menganggap remeh mereka. Karena bisa jadi mereka jauh lebih baik dari kita.

Contoh lainnya yang kebetulan sangat aku kenal adalah Romi.
Seorang penjaga masjid di Daarut Tauhid yang kini berjualan aneka barang di depan Swalayan. Sosok Romi memang sangat luar biasa, kedua kaki dan tangannya tak sempurna. Bicarapun ia sangat kesulitan, dan tentunya menjadi sangat sulit di mengerti. Setiap kali berjalan ia harus bersusah payah menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh.Tapi bagiku, Romi adalah sosok yang sangat luar biasa. Awalnya kekurangan itu membuatnya terpukul. Merasa dirinya berbeda dari yang lain, membuat Romi memilih menjadi peminta - minta di kampung halamannya Solok, Sumatra Barat. Namun tausiyah - tausiyah Aa Gym menyentuh hatinya. Ia memberanikan diri untuk merantau ke Bandung dan menetap di Daarut Tauhid. Dari seorang penjaga masjid yang tugasnya merapikan sandal, kini Romi beralih berjualan dengan modal yang di berikan oleh Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid. Ia bangkit dari rasa rendah dirinya dan kini justru menjadi sosok yang sangat luar biasa bagi para santri. Semangat pantang menyerah dan enggan menjadi beban, membuat Romi menjadi kesayangan pimpinan Pesantren Daarut Tauhid. Romi sering di jadikan contoh dimana keterbatasan bukanlah alasan membuat kita menjadi malas berusaha.Tekadnya untuk mandiri dan menjadi enterpreneur seperti sang idola membuatnya bersemangat dalam berjualan. Bahkan ia sudah mampu berangkat umrah dengan uang tabungannya sendiri. Romi telah mengajarkan kita bahwa keterbatasan bukan penghalang. Justru sebaliknya keterbatasan itu membuktikan bahwa kita tetap dapat melakukan sesuatu sama baiknya dengan mereka yang di takdirkan normal.


Jadi kalau mereka yang kita bilang "cacat" mampu berbuat banyak dan berbagi, harusnya kita yang "tidak cacat" ini bisa lebih baik lagi dari mereka. Berbuat lebih banyak bagi saudara - saudara yang lain, berbagi, dan lebih bersemangat dalam meraih keberhasilan juga pantang menjadi beban. Buatku sepertinya itulah yang ingin disampaikan Allah kepada kita. Yang "cacat" dengan keterbatasan mereka hendaknya tetap bersyukur, karena yakinlah Allah menyisipkan banyak kelebihan di balik kekurangan itu. Dan sebaliknya kita yang "tidak cacat" ini harus lebih bersyukur lagi dan mau menyadari, dibalik kesempurnaan ini, kita pasti memiliki kekurangan. Dengan demikian yang "cacat" tidak harus merasa rendah, yang " tidak cacat" pun tak perlu merasa tinggi. Allah ingin kita bisa saling menghargai, dan mengisi kekurangan diri dengan menyadari hakikat penciptaan diri ini yang sarat dengan kekurangan di balik kesempurnaan yang Allah beri.

.... Ternyata Indah ya, bila kita mau belajar dari setiap kejadian ....


Tidak ada komentar: